TANAM JAHE DALAM SAK/ POLYBAG
Siapa yang tidak kenal dengan jahe atau dalam bahasa latinnya (
Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama
zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata
Yunani zingiberi, dari
Bahasa Sanskerta,
singaberi. (wikipedia)
Penanamannya sangat mudah dan dapat dialokasikan di berbagai macam tekstur tanah dan tidak perlu repot untuk memberi pupuk, dibiarkan saja akan tumbuh dan dapat di petik hasilnya. Namun, yang kita bicarakan sekarang ini bukan hanya sekedar menanam jahe dan kita geprek untuk kita jadikan wedang atau semacamnya. Melainkan dengan tanaman jahe ini kita bisa memetik hasil yang melimpah. Dengan modal yang sangat minim dan dengan lahan yang sangat sempit serta tanaman jahe ini bebas pupuk kimia, pestisida alias murni dari bahan organik yang kita bisa buat sendiri dari limbah disekitar kita.
Seperti yang di kembangkan oleh petani jahe di desa Sumberarum, Kec. Dander, Kab. Bojonegoro menanam jahe di dalam sak. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang tidak begitu luas namun bisa mendapatkan omset besar.
Menurut Pak Badri, orang yang pertama kali memprakarsai tanam jahe di dalam sak di desa kami. Beliau telah menggeluti bidang ini selama kurang lebih 3 tahun. Alhasil, metode ini sangatlah prospektif. Alasan beliau mengatakan hal tersebut tidak lain karena sangatlah minim biaya dalam mengaplikasikannya. Baik biaya tanam awal sampai dengan perawatan. Namun di hasilnya nanti kita dapat memetik hasil yang maksimal.
Setelah mendapat tutor singkat dari beliau, ternyata beliau menggunakan metode "HCS". Pada intinya metode tersebut mengacu kepada bahan-bahan yang organik dan tentunya ramah sekali dengan lingkungan. Beliau memanfaatkan bahan mikroba aktif dari alam untuk membantu menyuburkan tanaman tersebut. Untuk satu sak tanaman jahe yang kita tanam dapat menghasilkan 20 kg jahe. ehmmm...hebat bukan.
Beliau juga menambahkan bahwa dengan metode HCS ini selain ramah dengan lingkungan, petani juga tidak dipusingkan dengan hama (cara penanggulangannya) dan pupuk tambahan. Tentunya membutuhkan dana tambahan yang tidak sedikit pula.
Untuk masalah pemasaran dari jahe itu sendiri, sudah tidak perlu dipusingkan. Karena menurut Pak Badri, telah terbentuk semacam organisasi atau aosiasi petani jahe. Dan telah didirikan semacam Koperasi khusus untuk petani jahe. Pak Badri sendiri membuka pelatihan/ penyuluhan bagi para petani yang berminat dalam menerapkan metode HCS. Tentu alokasinya bukan hanya sekedar bertanam jahe, namun banyak hal pertanian yang dapat di aplikasikan oleh metode HCS ini.
Pada intinya metode ini sangatlah ramah dengan lingkungan karena semua bahan adalah organik. Seperti yang di himbau oleh PBB (UN) dengan semboyan mereka "
GO GREEN".
Testimoni, klik link di bawah ini:
http://youtu.be/PJ_J74C5Iq0